Sabtu, 11 September 2010

kisah klasik di kertosono dengan ijazah palsu

siapa yang tidak kenal dengan Kertosono...apalagi Mubalig dan Mubalighot LDII pasti akan mengalami uji final fisik pada testing menjadi dai yang akan di terjunkan ke daerah-daerah yang di tunjuk.

disana para santri di ambil dan di peras tenaganya untuk jadi karyawan gratis,buktinya dari waktu kewaktu semua para alumni menceritakan perihal yang sama.kaum wanitanya diperas tenaganya untuk membersihkan hasil perkebunan Madigol yakni cengkeh dan teh.memilah dan memilih cengkeh kualitas bagus dan bongkeng.sedangakan kaum prianya di suruh untuk mengolah tenaga(jaduk-jaduk),mulai dari kerja bangunan,kerja di kebun,membersihkan septitang sampai menceburkan diri ke dalam tinja sambil di iming-imingi "anggap saja menggendong bidadari di surga"gak masuk akal...bidadari di samakan dengan tinja.

malam harinya di suruh untuk menjaga harta madigol mulai dari kudu,pelem,SPBU,dan lain sebagainya yang katanya itu semua adalah harta sabilillah...
masing-masing dari santri yang berjaga yangtempatnya agak jauh maka mereka berusaha datang kembali ke kamp untuk menyempat2kan pengajian ba'da shubuh..yang biasanya di isi oleh Iskandar nasrullah(sekarang sudah meninggal) dengan materi yang boleh dikatakan jorok,dimana hal-hal yang negatif di umbar dengan kata-kata yang tidak sepantasnya di dengar karna sangat berbau porno,pagi harinya persiapkan diri untuk di tes bacaannya saja.

begitulah hari-hari yang di jalani oleh santri,dan tidak boleh kelihatan capek...karna para santri takut akan di laporkan sehingga akan menyebabkan dia tidaklulus bahasa madigol adalah kopral.setelah sebulan kemudian semua berharap2 tegang akan kelulusan mereka dengan mendapatkan ijazah yang tidak sesuai kadar ilmu yang di berikan atau yang di terima oleh santri.

ketika sudah mendapatkan ijazah...terlihat nilai yang di dapatkan...sungguh mengherankan sembilan dari sepuluh orang di temukan nilainya sama.yang paling mengheankan bagi kami adalah...ilmu yang tidak pernah kami terima dan pelajari kok di masukin dalam daftar nilai...lihat gambar di bawah :



di dalamnya ada beberapa pelajaran yang belum pernah kami terima atau di ajarkan seperti Mustholah hadits,ushul fiqih .kok tiba-tiba ada tercantum di dalam daftar nilai. kalaupun ada seperti ini ..jelas para dai-dainya mengetahui tentang kedudukan hadits,tapi ternyata tidak...kami (mantan dai) bisa mengetahui tentang ilmu demikian tatkala kami banyak membaca kitab2 yang di luar referensi madigol(alias kitab karangan).yang di jublek terus kepada jamaahnya jangan sampai membaca kitab-kitab karangan.

bagi yang berminat menjadi ulama'nya LDII harus siap dengan keadaan di atas seperti membersihkan tinja tanpa peralatan septic.
status ulama tidak semudah seperti mudahnya test kertosono.test kertosono tidak di uji keilmuan secara kaffah...yang di peras saat itu hanya tenaga....sebulan penuh di awasi nguras septitank,ronda semalaman,kerja seharian(berkebun,bersihkan cengkeh,kerja bangunan),,,tiba di majlis untuk tes bacaan menunggu 3 jam,karna saking capeknya teklak-tekluk karna ngantuk di juluki thougut/berhala"
semuanya dilakukan hanya ingin mendapatkan label ulama mubaligh dengan tanda seperti di bawah ini


bagaimana pendapat anda???

4 komentar:

  1. sing nulis iki wis kadung kangen karo blendrang....euuuuwenak tenaaaan
    jancuk...ora sabar nang ngono kui...

    BalasHapus
  2. walah maas..mas, katanya orang salafi /FRIH, kalo pengen cepet terkenal dengan memfitnahmah cari cara yg keren donk, contoh : sewa papan billboard d jalan GATSU ukr 10x7m2 ato bikin iklan di tivi 2 bulan beturut-2 tulis disitu gede-2" LDII SESAT ". kalo lewat blog doankmah ga ada yang ngeliat. MODAL DONK..!!!!!!

    BalasHapus
  3. gilaniii sing nulis iki blog...ngingatin aku di dalam spiteng sampe kecipratan kotoran di mulut...diketawain DMC pisan...katanya"anggap saja nyium bidadari...

    BalasHapus
  4. - masih soal ijazah...

    Hayo-hayo kita tunggu respon dari jokam...gimana ya kalau gak ada?

    - Masalah bisa bahasa arab

    Hmm..gitu ya? ok..deh, kalau gitu jadi kapan kita bisa disebut "salafulummah"?

    Jazakulloh khorio..

    BalasHapus